MEMETIK HARUM UMUR KEDUA
Published by ridokurnianto under Khutbah on 19.42
Ma’asyir al-Muslimin rahimakum Allah !
Alhamdulillah…, mari kesyukuran tulus kita munajatkan kehadirat Allah SWT., kita berharap besar hanya kepada Allah SWT., mudah-mudahan di tahun beru 1430 H dan 2009 M ini, kita berada dalam kelompok hamba Allah yang senantiasa beriman dan bertakwa dengan penuh istiqamah, agar Allah dengan Kasih-Nya menurunkan barakah-Nya kepada kita, kepada negeri ini, barakah dari langit dan bumi, sebagaimana janji-Nya dalam QS. Al-A’raf: 96:
“Sekiranya penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, pastilah Aku akan mencurahkan barakah kepada mereka dari langit dan bumi.”
Kata Rasulullah SAW :
“Ada dua perkara yang tidak bisa diungguli keutamaannya oleh yang lain, yaitu; iman kepada Allah, dan memberi manfaat kepada sesama Muslim).”
Ma’asyir al-Muslimin rahimakum Allah!
Ahli sastra Arab Mesir; Syauki Beik, mengatakan: “Beramallah sebelum datangnya kematian dengan sebutan yang baik. Seseungguhnya sebutan yang baik bagi manusia (setelah meninggal dunia) adalah umur yang kedua.”
Umur di dunia bersifat faniyah (tidak kekal, berakhir). Kehidupan di dunia, seperti diriwayatkan Imam Ahmad, bagaikan seorang pengendara berjalan pada suatu hari yang panas. Ia berlindung dibawah sebatang pohon sesaat, kemudian berjalan lagi dan meninggalkannya. Dunia ini timbul-kemudian tenggelam-lalu tidak akan muncul lagi.
Sedangkan umur di akhirat bersifat baqiyah (kekal, tiada berakhir). Orang yang sealu beramal shalih di dunia dengan ikhlas, umurnya akan berlanjut sampai ke akhirat dengan kebahagiaan. Tapi, siapa yang mati tanpa amal, maka ia bagaikan naik kapal tanpa membawa bekal. Akhirat akan muncul-dan akan terus muncul tanpa berakhir.
Ma’asyir al-Muslimin rahimakum Allah!
Pergantian tahun mengingatkan kita akan pentingnya waktu. Kebanyakan kita lalai terhadap harta milik kita yang paling berharga, yakni waktu itu.
Padahal, setiap yang hilang dapat dikembalikan kecuali waktu. Bila waktu telah hilang tak dapat diharapkan bisa kembali lagi. Karenanya, begitu kita lalai akan harta milik paling berharga itu, sebenarnya kita juga telah kehilangan akal sehat. Orang yang berpikir sehat, tentu akan menyambut kedatangan waktu selama hari-hari hidupnya dengan kegairahan, sebagaimana orang kikir yang kedatangan harta berlimpah ruah, dan takkan membuang hartanya, sekecil apapun.
Pada saat kita teringat hidup kita, kemudian menoleh ke belakang sejenak untuk mengingat-ingat kembali awal perjalanan hidup kita di dunia, lalu menghitung-hitung apa saja yang pernah kita alami hari demi hari, tahun demi tahun, maka kita rasakan seolah-olah hanya sehari, dimana didalamnya penuh dengan berbagai macam kejadian yang datang susul-menyusul. Seperti ini pula yang akan kita rasakan di saat kita menghadapi perhitungan di hari kiamat kelak, sebagaimana Allah gambarkan di dalam firman-Nya;
“Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka. (Pada hari itu mereka merasa) seakan-akan tidak pernah tinggal (di dunia), kecuali sesaat saja di siang hari (untuk) saling berkenalan.” QS. Yunus: 45
Di dalam QS. Thaha: 103-104 Dia berfirman:
“Mereka berbisik-bisik : “Kamu tinggal (di dunia) hanya sepuluh hari.” Kami lebih mengetahui apa yang mereka bicarakan ketika seorang yang paling lurus jalannya di antara mereka berkata: “Kalian tinggal (di dunia) hanyalah sehari.”
Sementara di QS. An-Nazi’at: 46 Allah gambarkan kehidupan dunia itu dengan firman-Nya:
“Di saat melihat hari kebangkitan itu, mereka merasa seakan-akan tinggal (di dunia) hanya semalam atau (sesaat) di pagi hari.”
Perasaan yang digambarkan Allah SWT di dalam ayat-ayat di atas, sekaligus merupakan tamparan keras bagi orang-orang yang menghayalkan hidup abadi di dunia; orang-orang yang menghabiskan waktu hidupnya di muka bumi Allah ini hanya untuk mondar-mandir; mengukir karya dan prestasi tanpa makna alias sia-sia; manusia yang hidup berkeliaran di muka bumi tanpa manfaat; yang bisa dipetik maupun ditebarkan, hingga saat dua pelupuk matanya tertutup memasuki lorong kegelapan maut. Saat itulah ia baru sadar dan terperanjat; menyesal dan amat menyesal, tetapi apalah artinya, waktu telah lewat.
Waktu yang kita lalui hanyalah berjalan sekali saja; hanya sekali lewat dan selanjutnya takkan pernah bisa kembali lagi. Saat kita di hari x tanggal sekian, jam sekian, bulan dan tahun anu, berarti hanya sekali itulah kita berada di dalam hari x, tanggal sekian, jam sekian, bulan dan tahun anu; dan kita takkan pernah bisa kembali lagi; kembali ke dalam waktu yang telah lewat itu. Subhanallah ! ternyata kita pun termasuk orang yang sering melalaikan nikmat Allah yang amat sangat mahal ini.
Ma’asyir al-Muslimin rahimakum Allah!
Manusia pada hakikatnya berjalan sangat sepat menuju kepada Allah. Setiap putaran falak yang melahirkan hari baru, tidak lain, hanyalah tahap perjalanan yang tiada henti-hentinya. Adalah suatu penipuan terhadap diri sendiri, jika manusia merasa berhenti, sedangkan waktu berjalan terus, sebagaimana penglihatan menipu orang yang sedang duduk di dalam kereta api; ia melihat keluar dan semua yang tampak lari cepat, sedangkan ia merasa (di dalam kereta itu) seolah tidak bergerak. Padahal kenyataan; yang sebenarnya terjadi adalah kereta api itu yang lari; waktu itulah yang terus berjalan dan membawa manusia kepada hari depan yang akan dialaminya.
Sekali lagi, waktu ternyata memang berjalan sangat cepat. Perjalanan waktu sebenarnya sama saja antara dulu dan sekarang, Yang membedakan hanyalah rasa; rasanya waktu ini hari demi hari semakin cepat. Dan ini (perasaan waktu berjalan semakin cepat itu) , kata Rasulullah, menjadi salah satu tanda kiamat sudah sangat dekat. Dan, begitulah memang, hari-hari ini, kita sebenarnya telah berada di ujung akhir perjalanan dunia ini.
Manusia hidup di dunia ini memang benar-benar unik dan aneh; mereka banyak melupakan takdir Ilahi yang senantiasa menyertainya. Mereka lengah, padahal setiap gerak dan perbuatan yang dilakukannya, betapapun kecilnya, tak ada yang lepas dari perhitungan Rabb Yang Maha Tinggi;
“Pada hari mereka semua akan dibangkitkan Allah, lalu mereka diberi tahu apa saja yang telah mereka perbuat. Allah telah menghitung semua perbuatan itu, sedangkan mereka melupakannya. Dan Allah Maha menyaksikan segala sesuatu. QS. Al-Mujadalah: 6
Ma’asyir al-Muslimin rahimakum Allah!
Islam adalah agama yang menetapkan betapa besarnya nilai waktu dan betapa besar arti pentingnya waktu. Penghargaan Islam terhadap waktu yang begitu besar, membawa para Muslim generasi awal secara cermat dan sangat hati-hati memanfaatkan waktu hidup mereka untuk berkarya nyata dengan penuh kesungguhan dan ketulusan.
Dari lisan mereka ada tutur kata arif yang bisa kita rujuk untuk mensikapi hidup kita: “waktu ibarat pedang, bila ia tidak engkau patahkan, maka engkau akan dipatahkan olehnya”. Berkaitan dengan hal ini, Allah SWT menorehkan tanda emas bagi hamba-Nya yang menyadari arti penting waktu, kemudian menetapi diri mengikuti jejak waktu itu dengan karya dan prestasi bermakna; Allah memberi tanda kepada para hamba yang cerdas itu, dengan stempel keimanan dan ketakwaan. Allah tegaskan hal ini di dalam firman-Nya;
“Sesungguhnya di dalam pertukaran malam dan siang dan di dalam semua ciptaan Allah di langit dan di bumi terdapat tnada-tanda kekuasaan-nya bagi orang-orang yang bertakwa.” QS. Yunus: 6
Islam membagi bentuk-bentuk ibadah yang besar menurut pembagian waktu sehari-hari dan sepanjang tahun. Shalat fardhu lima kali sehari, misalnya, mencakup seluruh bagian-bagian waktu dalam sehari, dan waktu-waktu ibadah shalat itu sendiri pun mengikuti jalannya hari. Yang sudah pasti, menurut syari’at Islam, bahwa Jibril AS., atas perintah Allah SWT turun untuk meresmikan batas-batas permulaan waktu setiap hari berikut batas-batas penghabisannya, untuk dijadikan aturan tetap dan cermat bagi kehidupan secara Islam, dan diukur dengan menit-menit mulai fajar menyingsing hingga hilangnya sinar merah (syafaq) di ufuk barat, yakni mulai permulaan waktu shalat shubuh hingga penghabisan shalat maghrib.
“Maha suci Allah saat kalian berada di petang hari dan saat kalian berada di pagi hari. Dan bagi-Nya segala puji di langit dan di bumi, saat kalian berada di malam hari dan saat kalian di tengah (siang) hari.” QS. Ar-Rum: 17-18
Orang-orang yang berpikir pendek, mengenal waktu hanya dari bekas-bekas peninggalannya yang terbatas dan gejala-gejalanya yang tampak. Karena itu, orang bertipe seperti inilah yang sering melupakan kehidupannya di akhirat kelak; dan karena itu pula ia membenamkan dirinya dalam kehidupan dunia; ia tenggelam dan terkubur oleh hiruk-pikuk kemaksiatan dan kemunkaran yang terus mengalir dan mengalir terus, seperti banjir bandang; tak terbendung lagi.
Tak ada iman; apalagi takwa, yang sempat nyantol di dalam jiwanya. Hidupnya gelap laiknya orang yang menapaki sebuah labirin (lorong) yang pengap dan gelap; semakin jauh ia berjalan; semakin habis waktu hidupnya di tapaki, semakin gelap dan kegelapan yang ia temukan. Dan pada akhirnya, ia akan benar-benar terlempar di dalam lorong kehidupan yang gelap dan menyesakkan.
Ma’asyir al-Muslimin rahimakum Allah!
Mari kita sambut tahun baru Hijriyyah 1430 dan tahun baru Masehi 2009, dengan penuh iman; juga dengan takwa yang semakin kokoh dan suci; dalam rangka menangkal tantangan iman yang juga semakin dahsyat ini. Mari kita jadikan pesan Rasulullah SAW. berikut sebagai pegangan;
“Jangan sekali-kali kalian menjadi pembeo (manut grubyuk), orang yang menyatakan: “Aku mengikuti orang lain”. Jika orang lain berbuat baik, maka aku juga akan berbuat baik, dan jika orang lain berbuat jahat, maka aku juga akan berbuat jahat. Seyogyanya kalian bisa menempatkan atau memposisikan diri dengan baik; “Jika orang lain berbuat baik, maka seyogyanya kalian juga berbuat baik, dan jika orang lain berbuat jehat, maka seyogyanya kalian menjauhi perbuatan jahat tersebut.” HR. Thirmidzi.
Mari kita pastikan, bahwa kita termasuk orang-orang yang muflih (beruntung), dan bukan orang yang khasir (merugi) atau bahkan orang yang halik (hancur hidupnya);
(“Hari ini; di dunia ini, amal perbuatan itu belum dihisab, tetapi di hari nanti; di akhirat kelak, hanya ada hisab dan tidak ada lagi kesempatan untuk beramal.”)
Mari kita pastikan bahwa di tahun ini kita menyosok menjadi orang yang cerdas, mampu menghitung diri dengan cermat, dan mampu memanen keuntungan yang sebesar-besarnya dihadapan Allah SWT.
Baca Selengkapnya ...
Alhamdulillah…, mari kesyukuran tulus kita munajatkan kehadirat Allah SWT., kita berharap besar hanya kepada Allah SWT., mudah-mudahan di tahun beru 1430 H dan 2009 M ini, kita berada dalam kelompok hamba Allah yang senantiasa beriman dan bertakwa dengan penuh istiqamah, agar Allah dengan Kasih-Nya menurunkan barakah-Nya kepada kita, kepada negeri ini, barakah dari langit dan bumi, sebagaimana janji-Nya dalam QS. Al-A’raf: 96:
“Sekiranya penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, pastilah Aku akan mencurahkan barakah kepada mereka dari langit dan bumi.”
Kata Rasulullah SAW :
“Ada dua perkara yang tidak bisa diungguli keutamaannya oleh yang lain, yaitu; iman kepada Allah, dan memberi manfaat kepada sesama Muslim).”
Ma’asyir al-Muslimin rahimakum Allah!
Ahli sastra Arab Mesir; Syauki Beik, mengatakan: “Beramallah sebelum datangnya kematian dengan sebutan yang baik. Seseungguhnya sebutan yang baik bagi manusia (setelah meninggal dunia) adalah umur yang kedua.”
Umur di dunia bersifat faniyah (tidak kekal, berakhir). Kehidupan di dunia, seperti diriwayatkan Imam Ahmad, bagaikan seorang pengendara berjalan pada suatu hari yang panas. Ia berlindung dibawah sebatang pohon sesaat, kemudian berjalan lagi dan meninggalkannya. Dunia ini timbul-kemudian tenggelam-lalu tidak akan muncul lagi.
Sedangkan umur di akhirat bersifat baqiyah (kekal, tiada berakhir). Orang yang sealu beramal shalih di dunia dengan ikhlas, umurnya akan berlanjut sampai ke akhirat dengan kebahagiaan. Tapi, siapa yang mati tanpa amal, maka ia bagaikan naik kapal tanpa membawa bekal. Akhirat akan muncul-dan akan terus muncul tanpa berakhir.
Ma’asyir al-Muslimin rahimakum Allah!
Pergantian tahun mengingatkan kita akan pentingnya waktu. Kebanyakan kita lalai terhadap harta milik kita yang paling berharga, yakni waktu itu.
Padahal, setiap yang hilang dapat dikembalikan kecuali waktu. Bila waktu telah hilang tak dapat diharapkan bisa kembali lagi. Karenanya, begitu kita lalai akan harta milik paling berharga itu, sebenarnya kita juga telah kehilangan akal sehat. Orang yang berpikir sehat, tentu akan menyambut kedatangan waktu selama hari-hari hidupnya dengan kegairahan, sebagaimana orang kikir yang kedatangan harta berlimpah ruah, dan takkan membuang hartanya, sekecil apapun.
Pada saat kita teringat hidup kita, kemudian menoleh ke belakang sejenak untuk mengingat-ingat kembali awal perjalanan hidup kita di dunia, lalu menghitung-hitung apa saja yang pernah kita alami hari demi hari, tahun demi tahun, maka kita rasakan seolah-olah hanya sehari, dimana didalamnya penuh dengan berbagai macam kejadian yang datang susul-menyusul. Seperti ini pula yang akan kita rasakan di saat kita menghadapi perhitungan di hari kiamat kelak, sebagaimana Allah gambarkan di dalam firman-Nya;
“Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka. (Pada hari itu mereka merasa) seakan-akan tidak pernah tinggal (di dunia), kecuali sesaat saja di siang hari (untuk) saling berkenalan.” QS. Yunus: 45
Di dalam QS. Thaha: 103-104 Dia berfirman:
“Mereka berbisik-bisik : “Kamu tinggal (di dunia) hanya sepuluh hari.” Kami lebih mengetahui apa yang mereka bicarakan ketika seorang yang paling lurus jalannya di antara mereka berkata: “Kalian tinggal (di dunia) hanyalah sehari.”
Sementara di QS. An-Nazi’at: 46 Allah gambarkan kehidupan dunia itu dengan firman-Nya:
“Di saat melihat hari kebangkitan itu, mereka merasa seakan-akan tinggal (di dunia) hanya semalam atau (sesaat) di pagi hari.”
Perasaan yang digambarkan Allah SWT di dalam ayat-ayat di atas, sekaligus merupakan tamparan keras bagi orang-orang yang menghayalkan hidup abadi di dunia; orang-orang yang menghabiskan waktu hidupnya di muka bumi Allah ini hanya untuk mondar-mandir; mengukir karya dan prestasi tanpa makna alias sia-sia; manusia yang hidup berkeliaran di muka bumi tanpa manfaat; yang bisa dipetik maupun ditebarkan, hingga saat dua pelupuk matanya tertutup memasuki lorong kegelapan maut. Saat itulah ia baru sadar dan terperanjat; menyesal dan amat menyesal, tetapi apalah artinya, waktu telah lewat.
Waktu yang kita lalui hanyalah berjalan sekali saja; hanya sekali lewat dan selanjutnya takkan pernah bisa kembali lagi. Saat kita di hari x tanggal sekian, jam sekian, bulan dan tahun anu, berarti hanya sekali itulah kita berada di dalam hari x, tanggal sekian, jam sekian, bulan dan tahun anu; dan kita takkan pernah bisa kembali lagi; kembali ke dalam waktu yang telah lewat itu. Subhanallah ! ternyata kita pun termasuk orang yang sering melalaikan nikmat Allah yang amat sangat mahal ini.
Ma’asyir al-Muslimin rahimakum Allah!
Manusia pada hakikatnya berjalan sangat sepat menuju kepada Allah. Setiap putaran falak yang melahirkan hari baru, tidak lain, hanyalah tahap perjalanan yang tiada henti-hentinya. Adalah suatu penipuan terhadap diri sendiri, jika manusia merasa berhenti, sedangkan waktu berjalan terus, sebagaimana penglihatan menipu orang yang sedang duduk di dalam kereta api; ia melihat keluar dan semua yang tampak lari cepat, sedangkan ia merasa (di dalam kereta itu) seolah tidak bergerak. Padahal kenyataan; yang sebenarnya terjadi adalah kereta api itu yang lari; waktu itulah yang terus berjalan dan membawa manusia kepada hari depan yang akan dialaminya.
Sekali lagi, waktu ternyata memang berjalan sangat cepat. Perjalanan waktu sebenarnya sama saja antara dulu dan sekarang, Yang membedakan hanyalah rasa; rasanya waktu ini hari demi hari semakin cepat. Dan ini (perasaan waktu berjalan semakin cepat itu) , kata Rasulullah, menjadi salah satu tanda kiamat sudah sangat dekat. Dan, begitulah memang, hari-hari ini, kita sebenarnya telah berada di ujung akhir perjalanan dunia ini.
Manusia hidup di dunia ini memang benar-benar unik dan aneh; mereka banyak melupakan takdir Ilahi yang senantiasa menyertainya. Mereka lengah, padahal setiap gerak dan perbuatan yang dilakukannya, betapapun kecilnya, tak ada yang lepas dari perhitungan Rabb Yang Maha Tinggi;
“Pada hari mereka semua akan dibangkitkan Allah, lalu mereka diberi tahu apa saja yang telah mereka perbuat. Allah telah menghitung semua perbuatan itu, sedangkan mereka melupakannya. Dan Allah Maha menyaksikan segala sesuatu. QS. Al-Mujadalah: 6
Ma’asyir al-Muslimin rahimakum Allah!
Islam adalah agama yang menetapkan betapa besarnya nilai waktu dan betapa besar arti pentingnya waktu. Penghargaan Islam terhadap waktu yang begitu besar, membawa para Muslim generasi awal secara cermat dan sangat hati-hati memanfaatkan waktu hidup mereka untuk berkarya nyata dengan penuh kesungguhan dan ketulusan.
Dari lisan mereka ada tutur kata arif yang bisa kita rujuk untuk mensikapi hidup kita: “waktu ibarat pedang, bila ia tidak engkau patahkan, maka engkau akan dipatahkan olehnya”. Berkaitan dengan hal ini, Allah SWT menorehkan tanda emas bagi hamba-Nya yang menyadari arti penting waktu, kemudian menetapi diri mengikuti jejak waktu itu dengan karya dan prestasi bermakna; Allah memberi tanda kepada para hamba yang cerdas itu, dengan stempel keimanan dan ketakwaan. Allah tegaskan hal ini di dalam firman-Nya;
“Sesungguhnya di dalam pertukaran malam dan siang dan di dalam semua ciptaan Allah di langit dan di bumi terdapat tnada-tanda kekuasaan-nya bagi orang-orang yang bertakwa.” QS. Yunus: 6
Islam membagi bentuk-bentuk ibadah yang besar menurut pembagian waktu sehari-hari dan sepanjang tahun. Shalat fardhu lima kali sehari, misalnya, mencakup seluruh bagian-bagian waktu dalam sehari, dan waktu-waktu ibadah shalat itu sendiri pun mengikuti jalannya hari. Yang sudah pasti, menurut syari’at Islam, bahwa Jibril AS., atas perintah Allah SWT turun untuk meresmikan batas-batas permulaan waktu setiap hari berikut batas-batas penghabisannya, untuk dijadikan aturan tetap dan cermat bagi kehidupan secara Islam, dan diukur dengan menit-menit mulai fajar menyingsing hingga hilangnya sinar merah (syafaq) di ufuk barat, yakni mulai permulaan waktu shalat shubuh hingga penghabisan shalat maghrib.
“Maha suci Allah saat kalian berada di petang hari dan saat kalian berada di pagi hari. Dan bagi-Nya segala puji di langit dan di bumi, saat kalian berada di malam hari dan saat kalian di tengah (siang) hari.” QS. Ar-Rum: 17-18
Orang-orang yang berpikir pendek, mengenal waktu hanya dari bekas-bekas peninggalannya yang terbatas dan gejala-gejalanya yang tampak. Karena itu, orang bertipe seperti inilah yang sering melupakan kehidupannya di akhirat kelak; dan karena itu pula ia membenamkan dirinya dalam kehidupan dunia; ia tenggelam dan terkubur oleh hiruk-pikuk kemaksiatan dan kemunkaran yang terus mengalir dan mengalir terus, seperti banjir bandang; tak terbendung lagi.
Tak ada iman; apalagi takwa, yang sempat nyantol di dalam jiwanya. Hidupnya gelap laiknya orang yang menapaki sebuah labirin (lorong) yang pengap dan gelap; semakin jauh ia berjalan; semakin habis waktu hidupnya di tapaki, semakin gelap dan kegelapan yang ia temukan. Dan pada akhirnya, ia akan benar-benar terlempar di dalam lorong kehidupan yang gelap dan menyesakkan.
Ma’asyir al-Muslimin rahimakum Allah!
Mari kita sambut tahun baru Hijriyyah 1430 dan tahun baru Masehi 2009, dengan penuh iman; juga dengan takwa yang semakin kokoh dan suci; dalam rangka menangkal tantangan iman yang juga semakin dahsyat ini. Mari kita jadikan pesan Rasulullah SAW. berikut sebagai pegangan;
“Jangan sekali-kali kalian menjadi pembeo (manut grubyuk), orang yang menyatakan: “Aku mengikuti orang lain”. Jika orang lain berbuat baik, maka aku juga akan berbuat baik, dan jika orang lain berbuat jahat, maka aku juga akan berbuat jahat. Seyogyanya kalian bisa menempatkan atau memposisikan diri dengan baik; “Jika orang lain berbuat baik, maka seyogyanya kalian juga berbuat baik, dan jika orang lain berbuat jehat, maka seyogyanya kalian menjauhi perbuatan jahat tersebut.” HR. Thirmidzi.
Mari kita pastikan, bahwa kita termasuk orang-orang yang muflih (beruntung), dan bukan orang yang khasir (merugi) atau bahkan orang yang halik (hancur hidupnya);
(“Hari ini; di dunia ini, amal perbuatan itu belum dihisab, tetapi di hari nanti; di akhirat kelak, hanya ada hisab dan tidak ada lagi kesempatan untuk beramal.”)
Mari kita pastikan bahwa di tahun ini kita menyosok menjadi orang yang cerdas, mampu menghitung diri dengan cermat, dan mampu memanen keuntungan yang sebesar-besarnya dihadapan Allah SWT.
Baca Selengkapnya ...
0 komentar:
Posting Komentar